Hari ini ada hal yang
membuatku takut untuk kedua kalinya seumur hidupku. Yang pertama adalah
kesetrum sekujur tubuh lebih dari 30 detik, untuk waktu biasa itu sebentar
sekali tapi bagi ku itu adalah gerbang kematian. Namun aku bersyukur karena ada seseorang
malaikat yang dikirimkan allah untuk menyelamatkan aku, yaitu Mamak (baca: Ibu) ku. Dengan
sekuat tenaga dia mendorongku agar telepas dari sumber listrik alhamdulillah Aku terlempar dan terdiam duduk disudut dengan kepala disembunyikan di balik
lutut tangan saling menggenggam.
Sejenak ku melirik ada seseorang yang menangis
seakan-akan takut kehilanganku, dia dengan cepat memanggil ayahku dan ayahku
langsung memegang pundakku, mendongakkan kepalaku, memeriksa sekujur tubuhku
lalu bertanya apa yang sakit. Aku samar mendengar apa yang ditanyakan ayahku, Aku menggeleng. Sekali lagi diperiksanya..aku mulai sadar aku tak bisa
menggerakkan tanganku. Ku keluarkan tanganku yang masih saling menggenggam dan
ternyata mereka sudah melepuh, menyisakan jejak putih kulit yang mengeriput di
hampir semua jariku.
Aku gemetaran masih tersudut tanpa air mata. ayahku
membimbing ke tempat duduk dan melihat tanganku, sepuluh menit kemudian baru Aku bisa menggerakkan tangan dan mulai terasa sakit, perih, dan kaku. Sampai
akhir kisah, aku tak mengeluarkan air mata dan malaikat ku hanya bisa terdiam
walau ku tau hatinya begitu tersentak dan bergejolak.
Hari ini mungkin sepele
sakitnya tapi itu hanya kelihatannya. Itu dimulai dari bengkaknya mata sebelah
kiriku. Seminggu kemudian ia mengempis namun meninggalkan bekas benjolan
disudutnya. Aku sungguh khawatir karena mata adalah nikmat Allah yang tak
ternilai. Aku takut terjadi apa-apa ditambah teman-teman yang juga khawatir
menyarankan diperiksa kepada ahlinya. Aku mencoba menunggu, benjolan itupun mengecil.
Beberapa
hari setelah itu bengkaknya timbul di mata yang sama namun posisinya lebih
ketengah-tengah kelopak mata. Hingga seminggu kemudian muncul bintik kecil yang
warnanya berbeda dengan warna kulit, agak kekuningan dan disekitarnya memerah. Aku bertambah khawatir namun masih dibawa santai. Dalam masa kekhawatiran ini
aku tidak ditemani malaikat ku atau siapapun yang lain, Aku hanya
sendri. Dan tiba di hari ini benjolan itu mengeluarkan isinya.
Aku takut
setengah mati. Keluar darah dari mataku. Apa yang terjadi ya Allah. Apakah Kau
akan mencabut nikmatmu ini. Ampuni aku yaa Allah. Aku menangis sejadi-jadinya. Ini
kedua kalinya Aku menangis sejadi ini. Yang pertama ketika pengumuman kelulusan
masuk perguruan tinggi jalur undangan yang hasilnya Aku tidak lulus. sekali
lagi Aku sedang sendiri.
Tak ada suara yang prihatin, tak ada tangan yang memegang
bahu. Sebenarnya hal yang menakutkan yang Aku ceritakan diawal adalah mengacu
pada kesendirian ku. Takutku sudah terjadi, aku sendiri dalam kesakitan. Adzan berkumandang seketika Aku sadar, Aku tak sendiri, ada Allah bersamaku dan Aku yakin malaikatku juga merasa sesuatu yang tak enak dihatinya. Sekali lagi Allah mengujiku dalam kesendiria.
Setelah sadar akan kesalahan, baru ada suara
prihatin yang keluar, Aku bahagia. Namun tetap mengucurkan air mata. Entah air
mata bahagia atau air mata menderita.
Kritik penulisan... Allah... bukan allah...
BalasHapusTerima kasih atas kritiknya mbak @Vesti Hasnela..
BalasHapus